Sefalosporin: Golongan Obat Antibiotik Serbaguna dalam Melawan Infeksi Bakteri

Title : Sefalosporin: Golongan Obat Antibiotik Serbaguna dalam Melawan Infeksi Bakteri

Sefalosporin adalah salah satu golongan antibiotik beta-laktam yang paling banyak diresepkan dan digunakan secara luas di seluruh dunia. Ditemukan pada tahun 1940-an dari jamur Cephalosporium acremonium (sekarang disebut Acremonium chrysogenum), golongan obat ini telah merevolusi penanganan berbagai infeksi bakteri, dari yang ringan hingga yang mengancam jiwa. Keunggulan sefalosporin terletak pada spektrum aktivitasnya yang luas, keamanan yang relatif baik, dan kemampuan untuk mengatasi resistensi bakteri terhadap antibiotik lain.

Mekanisme Kerja dan Klasifikasi

Seperti antibiotik beta-laktam lainnya (termasuk penisilin), sefalosporin bekerja dengan mengganggu sintesis dinding sel bakteri. Mereka menargetkan protein pengikat penisilin (PBP) yang penting untuk pembentukan ikatan silang peptidoglikan, komponen vital dinding sel bakteri. Akibatnya, dinding sel menjadi lemah dan rentan pecah, menyebabkan kematian bakteri (bakterisida).

Sefalosporin diklasifikasikan menjadi beberapa generasi, yang mencerminkan perkembangan spektrum aktivitas dan stabilitasnya terhadap enzim beta-laktamase yang dihasilkan oleh bakteri. Saat ini, terdapat lima generasi utama sefalosporin:

  • Generasi Pertama: Contohnya adalah sefaleksin, sefazolin, dan sefadroksil. Golongan ini sangat aktif terhadap bakteri Gram-positif seperti Staphylococcus aureus (termasuk beberapa strain yang resisten penisilin) dan Streptococcus pyogenes. Aktivitas terhadap bakteri Gram-negatif umumnya terbatas. Biasanya digunakan untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih ringan, dan profilaksis bedah.
  • Generasi Kedua: Contohnya sefaklor, sefuroksim, dan sefoksitin. Spektrumnya lebih luas dibandingkan generasi pertama, dengan peningkatan aktivitas terhadap beberapa bakteri Gram-negatif seperti Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, dan beberapa Enterobacteriaceae. Sefoksitin memiliki aktivitas yang baik terhadap bakteri anaerob. Digunakan untuk infeksi saluran pernapasan, otitis media, dan beberapa infeksi intra-abdomen.
  • Generasi Ketiga: Contohnya sefotaksim, seftriakson, seftazidim, dan sefiksim. Generasi ini menunjukkan aktivitas yang sangat baik terhadap berbagai bakteri Gram-negatif, termasuk Enterobacteriaceae yang lebih resisten, Pseudomonas aeruginosa (khususnya seftazidim), dan Neisseria gonorrhoeae. Aktivitas terhadap Gram-positif bervariasi. Sering digunakan untuk meningitis, sepsis, pneumonia nosokomial, dan infeksi serius lainnya.
  • Generasi Keempat: Contohnya sefepim. Memiliki spektrum yang sangat luas, meliputi aktivitas yang baik terhadap bakteri Gram-positif (mirip generasi pertama) dan bakteri Gram-negatif yang resisten (mirip generasi ketiga, termasuk Pseudomonas aeruginosa yang lebih luas). Sefepim lebih stabil terhadap berbagai beta-laktamase. Digunakan untuk infeksi nosokomial berat, neutropenia febris, dan infeksi yang sulit diobati.
  • Generasi Kelima: Contohnya seftarolin dan seftobiprol. Generasi terbaru ini menonjol karena aktivitasnya terhadap Staphylococcus aureus yang resisten metisilin (MRSA) dan beberapa bakteri Gram-negatif multiresisten. Ini memberikan pilihan pengobatan yang penting untuk infeksi yang sebelumnya sulit diatasi.

Indikasi dan Penggunaan

Sefalosporin digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, antara lain:

  • Infeksi saluran pernapasan (pneumonia, bronkitis)
  • Infeksi saluran kemih
  • Infeksi kulit dan jaringan lunak
  • Infeksi tulang dan sendi
  • Infeksi intra-abdomen
  • Meningitis
  • Sepsis
  • Gonore
  • Profilaksis bedah

Efek Samping dan Perhatian

Meskipun umumnya aman, sefalosporin dapat menimbulkan efek samping, meskipun jarang terjadi. Efek samping yang paling umum meliputi:

  • Gangguan pencernaan (mual, muntah, diare)
  • Reaksi alergi (ruam kulit, gatal-gatal, urtikaria; reaksi anafilaksis berat jarang terjadi)
  • Nyeri di tempat suntikan (untuk sediaan injeksi)
  • Perubahan pada hasil tes fungsi hati atau ginjal (biasanya reversibel)

Penting untuk diperhatikan bahwa ada kemungkinan terjadi reaksi alergi silang antara penisilin dan sefalosporin (sekitar 5-10%), terutama pada generasi pertama. Oleh karena itu, riwayat alergi pasien harus selalu ditanyakan sebelum meresepkan sefalosporin.

Resistensi Antibiotik

Meskipun sefalosporin telah menjadi tulang punggung dalam pengobatan infeksi, munculnya resistensi antibiotik merupakan tantangan global yang serius. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap sefalosporin melalui berbagai mekanisme, termasuk produksi enzim beta-laktamase spektrum luas (ESBL) yang dapat menghancurkan antibiotik ini, serta perubahan pada PBP bakteri. Penggunaan antibiotik yang bijak dan sesuai indikasi sangat penting untuk memperlambat laju resistensi.

Kesimpulan

Sefalosporin adalah golongan antibiotik yang sangat berharga dan serbaguna dalam arsenarium medis untuk melawan infeksi bakteri. Dengan berbagai generasi yang menawarkan spektrum aktivitas yang berbeda, mereka memainkan peran krusial dalam mengobati berbagai kondisi infeksi. Namun, seperti semua antibiotik, penggunaannya harus rasional dan hati-hati untuk mempertahankan efektivitasnya di masa depan dalam menghadapi ancaman resistensi bakteri yang terus berkembang.

Link Pemesanan Suplemen Perangsang Herbal via online shop : https://palembangpafi.org/